Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva Mendesak G20 Mengambil Tindakan Kebijakan Penting untuk Menjaga Pemulihan
22 Februari, 2022
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva membuat pernyataan berikut pada pertemuan virtual para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20:
“Saya mengucapkan selamat kepada Pemerintah Indonesia dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati serta Gubernur Perry Warjiyo atas kepemimpinannya pada pertemuan G20 ini.
Walaupun pemulihan ekonomi global berlanjut, laju pemulihannya telah berkurang. Tiga minggu lalu, kami menurunkan prakiraan global kami menjadi 4,4 persen, taraf yang masih sehat – sebagian karena penilaian ulang prospek pertumbuhan di Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sejak itu, indikator ekonomi yang masuk menunjukkan momentum pertumbuhan yang lebih lemah pada tahun 2022 karena munculnya varian Omicron dan gangguan rantai pasokan yang lebih persisten daripada yang diantisipasi sebelumnya. Pada saat yang sama, angka inflasi tetap tinggi di banyak negara, pasar keuangan lebih bergejolak, dan ketegangan geopolitik meningkat tajam.
Kerja sama internasional yang kuat dan kelincahan kebijakan yang luar biasa akan sangat krusial untuk menavigasi ‘halang rintang’ yang kompleks ini sepanjang 2022.
Izinkan saya fokus pada tiga prioritas kebijakan.
Pertama, kita perlu memperluas berbagai upaya untuk memerangi apa yang kita sebut sebagai ‘long COVID ekonomi’. Kami memproyeksikan kerugian ekonomi akibat pandemi mencapai hampir US$13,8 triliun pada akhir 2024 – dan Omicron adalah pengingat bahwa pemulihan yang langgeng dan inklusif tidak mungkin terjadi selama pandemi berlanjut. Masih ada ketidakpastian besar tentang seberapa efektif perlindungan kesehatan yang telah dibangun menghadapi kemungkinan varian lain.
Di tengah situasi ini, tindakan terbaik kita adalah beralih dari fokus tunggal pada vaksin ke memastikan bahwa setiap negara memiliki akses yang sama ke perangkat COVID-19 komprehensif yang juga mencakup tes dan pengobatan. Untuk menjaga agar perangkat-perangkat ini tetap mutakhir saat virus berkembang akan membutuhkan investasi berkelanjutan dalam penelitian medis, surveilans penyakit, dan sistem kesehatan yang membantu negara-negara menjangkau ‘daerah terpencil’ di setiap komunitas. Kita menyambut baik pengumuman Bank Dunia tentang mobilisasi lebih lanjut untuk mencapai tujuan itu.
Kedua, banyak negara akan perlu menavigasi siklus moneter yang mengetat. Dalam konteks tingkat ketidakpastian yang tinggi dan perbedaan yang signifikan antar negara, kebijakan makroekonomi perlu dikalibrasi secara hati-hati sesuai keadaan masing-masing negara. Risiko potensi limpahan ( spillovers), terutama untuk pasar negara berkembang, juga perlu dikelola. Kita harus melawan inflasi tanpa mengganggu pemulihan.
Untuk mendukung negara anggota kami menangkap manfaat arus modal sambil mengelola risiko terhadap stabilitas keuangan dan ekonomi, kami bermaksud untuk menyelesaikan tinjauan Pandangan Institusional IMF tentang arus modal pada Pertemuan Musim Semi mendatang. Kami juga akan segera mengoperasionalkan temuan-temuan dari Kerangka Kebijakan Terpadu .
Ketiga, negara-negara perlu memberikan prioritas yang lebih besar pada kesinambungan fiskal. Langkah-langkah fiskal luar biasa yang dilakukan selama krisis membantu mencegah Depresi Besar lainnya. Tetapi langkah-langkah ini juga mendorong tingkat utang ke level tertinggi dalam sejarah. Pada 2020, kami mengamati lonjakan utang satu tahun terbesar sejak Perang Dunia Kedua, dengan utang global—baik pemerintah maupun swasta—meningkat menjadi $226 triliun.
Dan sementara banyak negara menghadapi utang yang lebih tinggi, kita harus memprioritaskan bantuan kepada negara-negara yang membutuhkan restrukturisasi utang. Pangsa negara-negara berpenghasilan rendah yang berisiko tinggi atau sudah dalam kesulitan utang meningkat dua kali lipat sejak 2015 – dari 30 persen menjadi 60 persen saat ini, dan beberapa di antaranya menghadapi kebutuhan mendesak untuk merestrukturisasi utang mereka.
Di sini Kerangka Umum G-20 dapat memainkan peran penting, dan saya menyerukan upaya untuk membuatnya lebih berdampak. Selain transparansi dan tindakan dini, ini juga mencakup:
• Menawarkan penghentian pembayaran utang selama negosiasi untuk menghindari menekan suatu negara justru ketika berada di bawah tekanan keuangan;
• Menyediakan proses yang jelas dan terikat waktu yang menumbuhkan kepercayaan dan memfasilitasi implementasi, termasuk partisipasi kreditur swasta; dan
• Menemukan cara untuk membawa negara-negara yang saat ini tidak tercakup oleh Kerangka Umum dengan memperluas perimeternya.
Lebih luas lagi, G20 sangat krusial untuk mempertahankan momentum upaya kolektif untuk mewujudkan ambisi global demi kebaikan bersama. Ini termasuk fokus untuk memperkuat efek dari alokasi SDR historis senilai US$650 miliar dengan menyalurkannya sebanyak mungkin kepada yang paling membutuhkan.
Dalam konteks ini, kami menyambut baik dukungan G20 atas Resilience and Sustainability Trust (RST) baru yang kami usulkan. Tujuannya adalah untuk membangun kepercayaan sebelum Pertemuan Musim Semi dan mengoperasionalkannya sebelum Pertemuan Tahunan – sehingga kami dapat mendukung anggota kami yang rentan untuk mengatasi tantangan-tantangan struktural jangka panjang, terutama yang terkait dengan perubahan iklim dan pandemi
Kami mengandalkan kontribusi anggota G20 untuk membuat RST operasional dan untuk mendukung peningkatan Poverty Reduction and Growth Trust, yang sama pentingnya bagi negara anggota kami yang berpenghasilan rendah yang rentan. Saya senang melihat kemajuan menuju ambisi global senilai US$100 miliar untuk mengalokasikan kembali SDR untuk memberi manfaat kepada negara-negara yang paling membutuhkan—dengan lebih dari US$60 miliar yang sudah dijanjikan sejauh ini.
Kita harus menjaga momentum upaya global untuk melaksanakan Perjanjian Paris yang membutuhkan peningkatan besar investasi menuju pembangunan rendah karbon dan tahan iklim. Sangat penting di sini untuk mendapatkan sinyal kebijakan yang jelas dari pemerintah untuk mendekarbonisasi ekonomi, termasuk melalui mekanisme penetapan harga karbon agar dapat menciptakan insentif bagi sektor swasta untuk berinvestasi dalam mitigasi
IMF akan mendukung G20 dalam hal ini dan dalam prioritas-prioritas lainnya. Saya menantikan pertemuan berikutnya pada bulan April.”
Departemen Komunikasi IMF
HUBUNGAN MEDIA
PETUGAS PERS: Ting Yan
TELEPON: +1 202 623-7100Email: MEDIA@IMF.org