Untuk Vietnam, Pertumbuhan yang Lebih Hijau Dapat Mengurangi Risiko Perubahan Iklim

12 Januari, 2018

Suhu global yang lebih tinggi, kenaikan permukaan air laut, dan kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering dan lebih intens membawa dampak terhadap perekonomian dan masyarakat Vietnam, seperti yang terlihat pada banjir November belum lama ini yang disebabkan oleh Siklon Tropis Damrey. Bagaimana negara tersebut beradaptasi dan mengembangkan solusi inovatif untuk mengurangi dampak perubahan iklim menjadi sangat penting.

Hingga tahun 2100, perubahan iklim dapat memengaruhi lebih dari 12 persen populasi Vietnam dan mengurangi pertumbuhan sebesar 10 persen. Pemerintah Vietnam menganggap respons terhadap perubahan iklim sebagai isu penting, dan telah menerapkan kebijakan lingkungan untuk mengatasi risiko ini dengan lebih baik.

Namun negara tersebut—yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil dan eksploitasi sumber daya alam—perlu secara lebih jauh menyesuaikan ekonominya dengan model pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Perubahan iklim di depan mata

Kerentanan Vietnam diperburuk oleh garis pantainya yang sepanjang 2.150 mil dan kedekatannya dengan daerah tropis. Penduduk Vietnam yang berjumlah 95 juta dan sebagian besar aset ekonominya, termasuk populasi pedesaan yang besar, terpusat di dataran rendah pesisir yang mudah terdampak topan. 

 

Setiap tahun sejak tahun 1990, bencana alam menyebabkan kerugian sekitar satu persen dari PDB dan mengakibatkan 500 korban tewas. Pada tahun 2017, Vietnam terkena dampak 12 badai besar yang menyebabkan banjir mematikan serta menghancurkan ratusan ribu rumah dan berhektar-hektar sawah dan ladang. 

  

Perubahan iklim kemungkinan akan memperburuk tekanan terhadap lingkungan: badai yang lebih sering dan lebih intens dapat memengaruhi hasil dan produksi panen, yang berdampak pada pendapatan pedesaan, ketahanan pangan, dan ekspor komoditas. Intensitas curah hujan yang meningkat akan merusak jalan dan jaringan kereta api. Suhu yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan listrik. Risiko akan lebih besar membebani orang miskin yang akan terpaksa pindah ke daerah non-pesisir atau ke kota-kota besar.

Dicari: pertumbuhan lebih berkelanjutan

Kinerja ekonomi Vietnam yang kuat telah membantu mengurangi kemiskinan selama beberapa dasawarsa terakhir. Namun, industrialisasi yang pesat sejak akhir 1980-an telah mengandalkan eksploitasi yang intensif dan tidak berkelanjutan terhadap hutan, perikanan, serta sumber daya alam terbarukan dan non-terbarukan lainnya.

Selain itu, persediaan modal alam Vietnam telah menurun karena sumber daya mineral dan non-mineral terkuras. Pertanian dan industri telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan modal alam. Penggunaan pupuk yang berlebihan di Vietnam berkontribusi besar pada polusi tanah dan air, dan menambah persoalan turunan yang terkait dengan perang.

Vietnam termasuk sepuluh negara teratas yang terkena dampak polusi udara: di kota besar dan kawasan industri, level partikel halus jauh di atas ambang aman dan sebanding dengan level di China. Emisi gas rumah kaca diperkirakan meningkat dua kali lipat antara tahun 2010 dan 2020 dan tiga kali lipat pada tahun 2030. Produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga batubara merupakan penyumbang utama polusi udara, dengan seperempat pasokan listrik domestik yang dihasilkan dari batubara.

Transisi ke ekonomi hijau (green economy)

Pihak berwenang Vietnam menyadari tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, dan kebutuhan akan model pertumbuhan yang lebih ramah lingkungan dan lebih berkelanjutan merupakan inti dari agenda pembangunan mereka. Vietnam meratifikasi Perjanjian Paris 2016 tentang Iklim serta berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca paling sedikit 8 persen pada tahun 2030 dan untuk mencapai Sasaran Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030.

Komite Nasional Perubahan Iklim yang baru dibentuk dipimpin oleh Perdana Menteri dan beranggotakan para menteri utama, mengawasi program-program terkait perubahan iklim dan pertumbuhan yang berwawasan lingkungan (green growth). 

Kebijakan yang dapat dengan lebih baik mempersiapkan Vietnam untuk menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan harus fokus pada:

  • Mengurangi intensitas bahan bakar fosil dalam PDB Vietnam: meningkatkan kontribusi energi terbarukan akan membantu memutus hubungan antara emisi gas rumah kaca dan keluaran.
  • Memberikan insentif yang lebih kuat untuk rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah untuk mengejar pertumbuhan yang berwawasan lingkungan: memajaki bahan bakar fosil yang sepenuhnya menimbulkan eksternalitas lingkungan dan kesehatan akan mendorong permintaan energi ke energi terbarukan dan menghasilkan pendapatan untuk mendanai rencana-rencana adaptasi dan mitigasi.
  • Menginvestasikan dana ke dalam infrastruktur yang tahan iklim akan membantu rumah tangga dan perusahaan mengatasi dampak badai. Biaya yang diperkirakan timbul akibat bencana alam dapat dimasukkan dalam analisis kemampuan melunasi utang publik (public debt sustainability). 
  • Menggalakkan penelitian dan pengembangan dan kebijakan inovasi lainnya dapat memberikan insentif lebih lanjut untuk investasi pada sumber energi bersih yang ada dan perbaikan-perbaikan dalam teknologi yang bersih.
  • Mengalihkan ke kendaraan swasetir, bertenaga listrik, berbagi kendaraan, seperti yang sudah direncanakan di Singapura, akan membantu mengurangi kemacetan dan polusi di kota-kota. Peningkatan kapasitas pemerintah untuk mengkoordinasikan perubahan teknologi serta mendorong inovasi dan pertumbuhan yang berwawasan lingkungan menjadi kunci.